Kamis, 07 Juni 2012

TAK SELAMANYA INGIN MERANTAU

Malam yang sunyi dan senyap, sendiri aku terjaga. Tersadar, kali ini aku berada di bawah permukaan air laut, di dalam kamar sebuah perahu yang kecil, yang sedang berlabuh di palabuhan kecil pojok kota yang tidak begitu ramai. Mooloolaba, sebuah kota di daerah Sunshine Coast, tidak jauh dari kota Brisbane di nagara bagian Queensland Australia. Tidak terasa aku telah berada di sini selama lebih dari 7 bulan, terhitung mulai 24 Oktober tahun 2011 kemarin. Rasa syukur tidak pernah berhenti, akhirnya aku bisa mendapatkan kesempatan ini, sampai juga di sini, memang inilah yang selama ini aku ingini, bekerja di sini, Alhamdulillah ya Robby.

Sungguh sangat indah negeri ini, sangat jauh berbeda dengan negeriku sendiri Indonesia. Tata kotanya rapi, lingkungannya bersih, sistem pemerintahan dan aparaturnya bagus, dan penduduknya berdisiplin tinggi. Tapi sayangnya biaya hidup di sini sangatlah mahal, sebagai contoh, rokok 20 dollar per 20 batang, untung aku tidak doyan rokok.

Mooloolaba
Alhamdulillah, di sini aku bekerja di perusahaan perikanan air laut di Hapuku Fisheries Pty Ltd. Aksi kerjaku ya di laut di atas perahu yang jauh lebih kecil dari kapal sebelumnya (foto di bawah/ papanui). Tapi kali ini kapalnya tidak berlama-lama di laut karena ikannya dilelang masih fres (fresfish). Paling lama 2 minggu di laut, habis itu bersandar di pelabuhan ini, terkadang juga di pelabuhan Gold Coast, sebelah selatan kota Brisbane, kadang juga di Coffs Harbour, daerah New South Wales, sebelah utara kota Sydney. Di sini aku bekerja bersama 4 temanku Indonesia, 4 Filiphin, 5 Australia, 1 Fiji, 1 Samoa, dan 1 Italia; terbagi menjadi 3 kapal. Kami semua bekerja keras dan penuh semangat, baik di pelabuhan maupun di laut. Jarang sekali kami mendapatkan day of/ hari libur. Yang ada hari kerja dan kerja, capak dan capek, pegel dan pegel, sampai mleleh, hehehehe. Suka duka, manis dan pahit telah aku dapati di sini. Memang beginilah dasarnya  orang hidup, adakalanya senang dan adakalanya susah, apalagi hidup di perantauan di negeri orang, jauh dari keluarga dan sanak saudara. Bertemu dengan teman baru, lingkungan baru, dan budaya baru yang berbeda dengan biasanya waktu masih di rumah.


Coffs Harbour


Papanui
Banyak yang berpikiran/ beranggapan, wah enak ya kerjanya merantau sampai ke luar negeri, pengalaman luas bisa melihat sampai sana-sana. Eitz, padahal aku sendiri juga berpikir, wah enakan di rumahlah dari pada merantau, tiap hari bisa ketemu keluarga, bisa mendidik anak bagi yang sudah punya anak, bisa bersosial/ bermasyarakat, lebih cukup istirahat dan bisa beribadah dengan lebih sempurna tentunya. Memang benar apa kata pepatah Jawa, "sawang-sinawang". Dan memang betul bahwa semua pekerjaan itu mempunyai sisi positif dan sisi negatif, ada hal yang menyenangkan, tapi pasti ada juga resikonya. Yang terpenting adalah "disyukuri, dan dijalani dengan hepi".


Tapi sejujurnya, aku sendiri tetap lebih menyukai pekerjaan yang tidak jauh dari rumah/ keluarga. Karena tanggung jawab seorang laki-laki bilamana telah berkeluarga/ beristri dan punya anak tidaklah sekadar tanggung jawab urusan ekonomi, tetapi juga mengayomi, menyayangi, merawat, membimbing dan mendidik istri dan anak-anak. Hal itu akan lebih baik dijalankan jika jalan rizki/ pekerjaannya berada di dekat rumah/ lingkungan tempat tinggal. Ya..... mudah-mudahan saja nantinya aku bisa mendapatkan/ membuat pekerjaan yang tidak jauh dari rumah. Karena tidak selamanya aku ingin merantau. Aku ingin pulang kembali ke rumah, kembali berkumpul bersama keluarga, kembali bermasyarakat, dan kembali beribadah sholat Jum'at.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar