Spesial buat kamu, yang memiliki pesona yang
mendamaikan. Maafkan aku jika tulisanku ini membuatmu jauh hati padaku. Aku
tahu bahwa ruang hatimu penuh dengan tulus kasih yang tak berbelah bagi, (kok
tahu sih?) ya karena aku juga begitu. Aku tahu bahwa taman hatimu sarat dengan
kuntum bunga cinta yang harum dan wangi, (sekali lagi, ih kok tahu sih?) ya, aku
tahu karena begitupun aku.
Kapadamu ingin aku katakan, dalam senda beralas,
dalam gurau berbalas. Bukan aku tak bersedia menerimamu sepenuhnya dan apa
adanya, bukannya aku tak bersungguh-sungguh denganmu seadanya. Tapi itulah kata
syariat, dan begitu jugalah norma adat. Dalam melangkah harus ingat, berkasih
mesti bertempat.
Bagiku telah dianugerahkan 9 akal seperti pahlawan,
dan hanya 1 nafsu yang tidak terlawan. Bagimu dikaruniakan 9 nafsu yang mudah
ditawan, dan 1 akal yang berpangkat bawahan. Tapi bukan ini diskriminasi dari Ilahi,
tapi itulah rahmat dan pemberian yang sangat berseni. Terciptanya kamu dari
serpihan yang penuh rahasia, yang harus dijaga dituntun dengan penuh waspada.
Ketahuilah......, 9 akalku nakalnya bukan main, 1 nafsuku
sering merajai. 9 akalku juga setia bekerjasama, sedia bersatupadu, demi
memenuhi nafsu yang 1. Aku juga tahu, bahwa 9 nafsumu berkuasa, 1 akalmu sering kalah kehilangan kuasa. Karena
itulah benteng kubina, karena sayangku kepadamu yang tidak terhingga.
Aku takut kasarnya sentuhan tanganku akan memecahkan
kacamu yang rapuh, mengoyakkan suteramu yang tipis dan lembut. Aku bimbang jika
ternyata aku bukanlah jodohmu, seandainya kamu bukanlah yang tercipta dari tulang
rusukku. Kelak kamu ternoda dan tersisa tidak bermutu. Dari itulah aku mohon kepadamu,
kamu jagalah pribadimu, jangan begitu mudah memberikan milikmu sebelum
waktu. Biarlah dikatakan sombong duniawi, asalkan jadi cemburuan bidadari
syurgawi.
Bukan aku tidak kasih kepadamu, bukan pula aku jual
mahal untukmu. Tapi biarkan itu berjalan dan berlaku seiring waktu. Sebagai bingkisan jodoh
yang datang bertamu.
Memang aku bukanlah Ustadz Ahmad Sanusi, dan kamu
juga bukan Ustadzah Siti Jamilah. Tapi aku berharap cinta kita semanis gula
jawa, dan komitmen terbina dan terjaga penuh ceria. Kuharap kamu bukan pilihan yang salah,
sebelum jodoh datang mengkhithbah, semangatlah menuntut ilmu yang payah. Ketika
restu dan izinNya tercurah, akan aku pinang kamu dengan Bismillah.